Prospek Saham Emiten MIND ID pada 2026, Ini Kata Analis!

MIND ID

BAROMETERBISNIS.COM, Jakarta – Prospek kinerja emiten-emiten Holding BUMN Pertambangan MIND diperkirakan akan bervariasi pada tahun 2026. Emiten-emiten tersebut diyakini akan tetap agresif dalam melakukan ekspansi bisnis.

Salah satu emiten MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) merasa optimis terhadap potensi kinerja di tahun 2026 meskipun tetap waspada terhadap tantangan yang ada di pasar.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko ANTM, Arianto Sabtonugroho Rudjito, menyatakan bahwa permintaan pasar untuk produk logam mulia Antam diperkirakan akan tetap kuat pada tahun depan. Oleh karena itu, fokus utama ANTM adalah memperkuat pasokan emas di pasar domestik.

“Target volume penjualan emas untuk tahun 2026 relatif sejalan dengan capaian tahun sebelumnya,” ujarnya dalam konferensi pers RUPSLB ANTM, belum lama ini.

Dalam berita sebelumnya, volume penjualan emas ANTM mengalami pertumbuhan sebesar 20% year on year (yoy) menjadi 34.164 kilogram (kg) atau 1,09 juta ons troi per kuartal III-2025.

ANTM saat ini sedang menjajaki peluang untuk mengakuisisi perusahaan tambang emas baru guna menjaga pasokan bahan baku logam mulia.

Upaya ini dapat dilakukan melalui dua skema, yaitu penugasan pemerintah atau membeli saham minoritas di perusahaan patungan atau joint venture (JV) agar dapat dikonsolidasikan.

Manajemen ANTM bahkan telah melirik beberapa lokasi di luar negeri seperti Timur Tengah, Kazakhstan, dan negara lainnya terkait peluang akuisisi tambang emas.

Namun, belum ada progres lebih lanjut mengenai rencana tersebut, termasuk kebutuhan pendanaannya.

Selain itu, ANTM juga terus menjalin koordinasi intensif dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) yang memasok bahan baku emas ke emiten tersebut. Saat ini, PTFI masih menghadapi gangguan produksi akibat insiden di Tambang Grasberg.

Manajemen PTBA masih dalam proses finalisasi terkait target produksi dan penjualan batubara untuk tahun 2026 bersama induk Holding MIND ID.

“Kami tentunya akan terus melakukan efisiensi berkelanjutan di seluruh lini operasi dan memperkuat keandalan sarana angkutan batubara untuk menjaga profitabilitas,” ungkapnya.

Dia juga menyatakan bahwa fokus ekspansi PTBA untuk tahun depan akan diarahkan pada hilirisasi industri batubara serta peningkatan kapasitas angkutan batubara.

Secara terpisah, Analis BRI Danareksa Sekuritas Abida Massi Armand menyampaikan bahwa prospek kinerja emiten-emiten tambang MIND ID secara umum diperkirakan akan berbeda-beda, didorong oleh pergeseran fokus menuju pelaksanaan proyek hilirisasi dan peran komoditas sebagai aset yang aman.

Emiten seperti PTBA dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih berisiko tertekan oleh harga komoditas utama, yaitu batubara dan nikel, sehingga kinerja kedua emiten ini sangat tergantung pada efisiensi dan pelaksanaan proyek hilirisasi.

Di sisi lain, ANTM diprediksi akan terus merasakan dampak positif dari lonjakan harga emas yang menjadi sumber pendapatan utama.

Namun, TINS masih menghadapi risiko dari tantangan tambang ilegal yang menggerus pangsa pasar timah legal.

Abida juga menambahkan bahwa tren ekspansi di kalangan emiten MIND ID akan tetap agresif pada tahun 2026 dengan fokus pada agenda hilirisasi tambang sesuai dengan arahan pemerintah.

“Kebutuhan belanja modal (capex) berpotensi besar untuk meningkat, terutama untuk INCO dan ANTM, guna memenuhi target penyelesaian proyek-proyek strategis,” ujarnya.

Tantangan ekspansi yang dihadapi oleh emiten MIND ID bersifat non-finansial, seperti kompleksitas pelaksanaan operasional di daerah yang sulit, kebutuhan untuk menjaga konsistensi kebijakan pemerintah, serta mitigasi risiko atau tata kelola di tingkat lokal.

Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi berpendapat bahwa emiten-emiten MIND ID sebenarnya masih memiliki prospek yang menarik di mata para investor.

ANTM dianggap sebagai emiten MIND ID yang paling solid dari segi fundamental, berkat keunggulannya di sektor emas serta diversifikasi di mineral lain seperti nikel dan bauksit.

PTBA memiliki potensi pertumbuhan yang relatif terbatas, namun emiten ini tetap kuat dalam hal arus kas dan kemampuannya untuk memberikan dividen yang royal.

INCO memiliki peluang jangka panjang berkat hilirisasi baterai kendaraan listrik, meskipun dalam jangka pendek, kinerjanya rentan terhadap fluktuasi harga nikel.

TINS juga sedang dalam proses pemulihan kinerja secara bertahap di tengah tantangan penambangan ilegal dan perizinan.

“Kunci keberhasilan kinerja terletak pada kontrol biaya, stabilitas volume, dan disiplin capex,” ungkapnya.

Wafi menyatakan bahwa saham-saham seperti ANTM, PTBA, INCO, dan TINS layak dipertimbangkan oleh investor. Target harga saham ANTM diperkirakan dapat mencapai Rp 4.000 per saham, PTBA di Rp 3.300 per saham, INCO di Rp 4.600 per saham, dan TINS di Rp 3.600 per saham.

Di sisi lain, Abida juga menyatakan bahwa saham-saham Grup MIND ID masih sangat layak untuk dipertimbangkan oleh investor pada tahun 2026, tetapi dengan strategi yang tersegmentasi dan selektif.

Konsensus analis merekomendasikan untuk membeli saham INCO dan TINS dengan target harga masing-masing di Rp 4.700 per saham dan Rp 3.700 per saham.

Saham ANTM dan PTBA juga direkomendasikan untuk dibeli dengan target harga masing-masing Rp 4.100 per saham dan Rp 3.100 per saham. []